Bandar Lampung, NL – Hi. Wiyadi, S.P.,M.M, lahir di Klaten pada 6 November 1973 yang merupakan putra dari pasangan Siswo Mulyono dan Siti Harsiyah. Dibesarkan oleh orang tua yang merupakan wirausaha membuatnya tertarik untuk berkiprah di bidang politik.
Melihat keadaan sekitar dengan banyaknya ketidakadilan, sulitnya perkonomian, kurangnya lapangan pekerjaan, dan melihat gigihnya perjuangan seorang putri sang proklamator, Ibu Megawati melawan Orde Baru menimbulkan rasa empatinya hingga terinspirasi untuk menjadi bagian dari dunia politik di tanah air.
Rasa penasarannya akan politik dimulai sejak usianya masih remaja. Saat duduk di bangku SMP, Wiyadi kerap kali mengikuti kampanye politik partai PDI Perjuangan secara diam-diam.
“Waktu itu sebenarnya tidak boleh (ikut kampanye politik), karena masih di bawah umur. Saya ikut konvoi dan pawai di jalan pakai motor sama teman, klo nggak naik truk ramai-ramai,” ujarnya.
Sebelum menjadi ketua DPRD Kota Bandar Lampung, Wiyadi menempuh pendidikan di STI Perkebunan Lampung di Jurusan Budidaya Perkebunan dan Magister Manajemen Saburai.
Sembari menyelesaikan studinya, saat itu pun ia aktif bergelut di organisasi dan diskusi mahasiswa guna mempelajari ilmu politik dan mematangkan dirinya sebagai seorang politisi.
Tak hanya itu, Wiyadi bahkan menolak saran orang tuanya agar ia menjadi ASN setelah menyelesaikan studinya dan menegaskan tekadnya untuk berkecimpung di dunia politik. Ia berkeyakinan teguh untuk dapat membanggakan keluarganya tanpa harus menjadi ASN.
Demi menunjukkan ambisinya, Wiyadi rela menjual motor kesayangannya sebagai modal usaha.
“Mau minta modal orang tua kan saya malu. Saya sempat bekerja di perusahaan es krim, kemudian gabung dengan teman di pekerjaan konstruksi,” ucap Wiyadi.
Di dunia sosial-politik Wiyadi rupanya tidak ingin hanya jadi penonton, ia bergabung bersama teman-teman mahasiswanya dalam berbagai pergerakan yang mempunyai aspirasi dan tujuan sama. Mulai dari gerakan turun ke jalan, demo, hingga membuat propaganda-propaganda telah ia lalui.
Walaupun pada saat itu Wiyadi dan rombongannya dikejar olehbanyak aparat, harus sembunyi, dan bahkan makan itu sehari 1 kali di tengah malam, ia mengaku bangga akan dirinya dan teman-temannya.
Hingga pada saat Indonesia dilanda oleh krisis moneter, usaha keluarganya termasuk pekerjaannya menjadi tidak stabil. Wiyadi kembali melanjutkan sepak terjangnya di bidang politik, asa dan niatnya pun mulai terwujud.
Pada 2001 ia bergabung sebagai anggota Anak Ranting PAC PDIP Kemiling Permai, pada 2004 ia dilantik menjadi sekretaris DPC PDIP Bandar Lampung dan pada 2016 ia menjabat sebagai ketua DDC PDIP Bandar Lampung.
Pada 2004 silam pula Wiyadi diusulkan menjadi calon legislatif.
“Saat itu saya mendapat lebih dari 500 perolehan suara, namun memang belum menang. Saya menganggap ini sebagai pembelajaran politik untuk turun ke masyarakat,” katanya.
Tak berhenti di situ, pada periode 2009-2014 ia kembali mengikuti pemilihan legislatif dan untuk pertama kalinya terpilih sebagai anggota komisi A yang kemudian berdasarkan musyawarah ia diangkat sebagai ketua badan legislasi. Setelah setengah periode berlalu, Wiyadi diangkat sebagai ketua komisi A.
Kiprah Wiyadi yang telah melanglang buana di dunia politik ini pun terus berlanjut hingga saat ini ia menjabat menjabat sebagai Ketua DPRD Kota Bandar Lampung sebanyak 2 periode.
Dalam prinsipnya, ia selalu menekankan pada dirinya untuk selalu optimis, bertanggung jawab melaksanakan tugas dengan sepenuh hati tanpa pamrih agar dapat bermanfaat bagi orang lain, bukan memanfaatkan orang lain.
“Dalam politik, terutama sebagai pemangku jabatan, selama menjalani dengan ikhlas kita anggap segala keluh kesah sebagai vitamin untuk bekerja,” tandasnya.
(Red/Julia)